“ODHA juga manusia kok, nggak usah takut untuk bertatap muka, nggak usah menyimpan senyum, nggak usah takut untuk bersentuhan, berjabat tangan, cium pipi kiri cium pipi kanan, aman kok. Mereka sama seperti kita. Sama-sama mahluk sosial yang butuh satu sama lain. So, untuk apa takut kalau kamu tahu dia ODHA. Nyantai aja lagi … “

Oleh : Septian Siagian


Orang dengan HIV-AIDS istilah akrabnya bagi kita adalah ODHA. Kalau ada seseorang bertanya : Siapa sih yang mau terjangkit HIV?, pasti jawabannya tidak ada yang mau. Kenapa?, yah karena virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh  yang membuat tubuh kita melemah dalam kurun waktu 10 tahun dan saya rasa sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang mampu menyembuhkan ODHA dari HIV. Namun saat ini yang ada hanyalah sebatas obat pereda, yakni ARV (Antiretroviral) yang memiliki fungsi untuk mencegah proses replikasi virus.

Banyak berita yang telah lama beredar tentang khasiat buah dewa di Wilayah Indonesia bagian Timur yang dipercaya dapat menyembuhkan ODHA. Namun, faktanya belum ada medis yang menjamin akan hal itu. Ditambah lagi dalam berita seputar IPTEK beberapa hari belakangan tentang Peneliti Amerika yang menemukan vaksin HIV dengan objek penelitian mereka adalah monyet. Mereka membuktikan virus HIV dalam tubuh monyet bisa ditekan penyebarannya dan vaksinasi dilakukan pada awal pertama kali monyet itu terjangkit.

Nah, yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa harus dilakukan vaksinasi saat pertama kali monyet terjangkit?, Dalam hal ini mereka menjelaskan bahwasanya pada saat pertama kali terjangkit jumlah virus masih sedikit dan saat itu pula vaksin dapat bekerja lebih efektif. Penjelasan mereka malah menimbulkan pertanyaan besar yang belum bisa terungkap, yakni : Bagaimana mengenali ciri-ciri orang yang baru terjangkit HIV?.

Lepas dari pada vaksinasi, kita memasuki ranah manusiawi yang semua manusia pasti punya. Apa sih itu manusiawi?, semua orang memperbincangkannya tanpa mengerti dan memahami satu kata tersebut. Kalau anda cari di KBBI pasti ada, tapi belum menlingkupi pemahaman akan manusiawi. Menurut saya, manusiawi itu adalah segala sesuatu yang memiliki rasa simpati, empati dan kasih sayang. Mengapa saya berpendapat demikian?, karena saya berpaham dari Sang Pencipta. Iya membentuk manusia itu dengan tangannya sendiri, penuh ketelitian, kesabaran sampai ia memberikan nafas kehidupan sebagai bentuk dari simbol pemberi (empati). Tidak sampai disitu ia menciptakan kita, namun ia menciptakan satu dari bagian manusia itu yakni cinta. Itulah pemahaman saya akan manusia itu.

Tindakan diskriminasi terhadap ODHA adalah bentuk dari tindakan yang tidak manusiawi. Tidak ada rasa saling mengasihi, memberi dan mengampuni. Banyak dari kita yang suka menuangkan isi kepala kita kepada banyak orang dari apa yang kita lihat. Sampai orang-orang dengan HIV & AIDS pun menjadi perbincangan hangat bagi kita yang "haus" berbagi. Tidak peduli apakah ODHA akan dicemooh dalam lingkungan atau sesuatu hal yang membuat orang-orang sekitar menjauhi ODHA. “Mereka Tahu dan Mereka Menjadi Jauh”, hal ini yang harus dirubah. “Mereka Nyata dan Mereka Butuh Kita”, hal inilah yang harus kita lakukan. Tidak ada salahnya berbagi, tapi kita harus paham dan mengerti apa yang ingin kita bagi. Tidak untuk menjatuhkan, tapi sebagai acuan untuk kita saling bergandengan tangan.

“Mari memulai dari sesuatu hal di lingkungan yang kita anggap adalah masalah. Melakukan sesuatu hal untuk sebuah pelayanan tanpa memikirkan untung rugi, baik dalam materi, waktu atau tenaga.”

STOP DISKRIMINASI TERHADAP ODHA


Septian Siagian
Medan - Sumatera Utara