Difabel
(Different Ability) adalah seseorang yang keadaan fisik atau sistem biologisnya
berbeda dengan orang lain pada umumnya.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan
difabel
Ada
sebagian orang yang menjadi difabel sejak lahir namun ada juga yang menjadi
difabel karena mengalami suatu peristiwa. Akhir – akhir ini kita sering
mendengar peristiwa kekerasan yang ditujukan atau tanpa sengaja mengenai
seseorang. Sebagai contoh adalah peristiwa : tawuran, pemboman dan konflik
bersenjata. Namun adapula peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba / tanpa
perencanaan seperti kecelakaan dan bencana alam. Peristiwa – peristiwa inilah
yang kemudian disebut bencana dan dapat menyebabkan seseorang yang mengalaminya
menjadi difabel.
Masalah – masalah yang mungkin
menyertai penyintas (survivor)
* Fisik ; Luka yang diderita penyintas
dari suatu bencana dapat bersifat sementara maupun permanen. Pengobatan /
operasi yang harus dijalani dalam penyembuhan biasanya juga menjadi tantangan
tersendiri bagi para penyintas.
* Psikologis ; Perubahan yang mendadak
akan membuat seseorang merasa tidak siap untuk menerimanya. Hal ini seringkali
akan membuat seseorang merubah atau menata ulang cara pandangnya terhadap diri
sendiri.
* Ekonomi ; Suatu bencana dapat
menghilangkan / menghabiskan harta benda seseorang sehingga ia tidak lagi dapat
memenuhi kebutuhan dirinya.
* Sosial ; Perubahan keadaan membuat ia
harus menyesuaikan diri lagi dengan lingkungannya. Baik itu lingkungan
pergaulan ataupun pekerjaan. Selain itu ia juga harus berhadapan dengan
bagaimana cara masyarakat menerima dirinya.
* Keluarga ; Adakalanya penyintas
menjadi sangat tergantung / menarik diri dari keluarganya. Di sisi lain
terdapat situasi dimana keluarga tidak / belum dapat memahami / menerima
keadaan penyintas.
Secara psikologis terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi pada penyintas (survivor), antara lain :
* Perasaan takut yang berkelanjutan
terhadap penyebab bencana/ tempat kejadian/ hal– hal lain yang dapat
mengingatkan penyintas terhadap bencana yang pernah dialaminya.
* Terus – menerus teringat terhadap
kejadian bencana.
* Kemarahan yang berkepanjangan (merasa
diperlakukan secara tidak adil, belum dapat menerima kenyataan, merasa lelah menyesuaikan
diri).
* Perasaan depresi
* Cara pandang terhadap diri sendiri
menjadi negatif
* Hilangnya kepercayaan diri
Hal – hal yang dapat dilakukan penyintas untuk kembali berdaya
* Mengenali keadaan diri yang sekarang,
yaitu mengenai apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan.
* Kembali bertangung jawab atau
mengambil alih kontrol terhadap diri sendiri.
* Mendefinisikan kembali tujuan dan
cita – cita hidup.
* Mempelajari hal–hal baru yang bisa
meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri.
* Membagi pengetahuan kepada orang
lain, hal ini secara tidak langsung dapat mengurangi beban diri dan memberikan
pembelajaran kepada orang lain.
Bentuk dukungan yang dapat diberikan keluarga atau orang terdekat
* Mempelajari & memahami keadaan
serta perasaan penyintas.
* Memberikan ruang pada penyintas untuk
memilih cara yang terbaik untuk pulih.
* Memperlakukan penyintas secara wajar
/ tidak memberikan perhatian yang berlebih – lebihan yang dapat membuat
penyintas merasa tidak nyaman.
* Melibatkan penyintas pada kegiatan
sehari – hari.
* Menghargai usaha – usaha penyintas.
Bentuk dukungan yang dapat diberikan
oleh masyarakat dan pemerintah
* Menerima kehadiran penyintas dalam
lingkungan sosial.
* Memahami bahwa penyintas bukanlah
orang yang tidak berdaya. Penyintas perlu mendapat kesempatan untuk menunjukkan
kemampuan mereka.
* Memfasilitasi kebutuhan – kebutuhan
penyintas dalam ruang gerak sosial dan pekerjaan.
* Melibatkan penyintas dalam kegiatan –
kegiatan kemasyarakatan sehingga mereka juga merasa terlibat, merasa memiliki
dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
Peran psikolog / konselor dalam membantu penyintas
Tidak jarang selain perubahan fisik
terdapat pula perubahan yang sifatnya psikologis yang juga memerlukan
penanganan. Namun ada kalanya baik penyintas maupun keluarga tidak
memperhatikan/ menyadari faktor ini, mereka jadi menarik diri dari lingkungan,
karena merasa berbeda dan khawatir akan tanggapan orang lain. Tidak adanya
penanganan dari sisi psikologis dapat berakibat pada menurunnya kesehatan psikologis
seseorang.
Di sinilah biasanya seorang psikolog /
konselor berperan yaitu dengan memberikan dorongan/ intervensi kepada
penyintas agar dapat kembali kepada fungsi sosialnya dan menerima keadaan
dirinya yang baru. Psikolog dan konselor juga dapat memberikan psikoedukasi
atau dukungan pada keluarga mengenai cara – cara mendampingi penyintas.(pulih)
Sumber : Yayasan Pulih
Post a Comment
0 Comments